KONSERVASI GEDUNG PT. KERTA NIAGA, KOTA TUA JAKARTA – PART 1


PENDAHULUAN
         Kota tua Jakarta sudah ditetapkan menjadi cagar budaya oleh pemerintah setempat terutama kawasan stasiun Jakarta kota (beos) dan Kali Besar, disana banyak terdapat bangunan-bangunan bersejarah yang berada di sekitar stasiun Jakarta Kota diantaranya yang masuk ke dalam daftar cagar budaya adalah : Gedung bank Mandiri Kanwil III, BNI 46, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Gedung PT. Kerta niaga, Gedung Platoon, PT. Asuransi Jasindo, Hotel Beverly hill, dan tentunya stasiun Jakarta kota itu sendiri yang biasa disebut stasiun BEOS.
         Diantara Bangunan bersejarah itu ada yang berubah secara fungsi, ada yang tetap, adapula yang mengalami renovasi baik secara arsitektur ataupun secara konsep bangunan. Tentu dalam menentukan hal tersebut harus melalui beberapa analisa terlebih dahulu, yang pertama mengacu kepada teori-teori yang ada untuk mentukan kelas bangunan dan tingkat pemugaran, selanjutnya mencari sejarah bangunan tersebut baik arsitekturnya ataupun fungsi dari bangunan tersebut dimasa lalu. Langkah terakhir adalah pemugaran dengan mengacu kepada teori dan aturan yang ada.
         Dibawah ini adalah salah satu studi kasus bangunan cagar budaya yang berada di Kota Tua Jakarta, yaitu Gedung PT. Kerta Niaga yang dijelaskan sebagai berikut :

IDENTITAS

Nama                    : Gedung PT. Kerta Niaga 1
Nama Dahulu   : Koloniale Zee en Brand Assurantie Maatschappij
Alamat                 : Jl. Kali Besar Timur No.9 Jakarta barat
  • Kelurahan    : Pekojan
  • Kecamatan   : Tambora
  • Kota               : Jakarta
  • Provinsi         : DKI Jakarta
Koordinat/UTM   : 6o08’08.93 LS – 106o48’44.03 LT    
Batas – batas         :
  • Utara      : PT. Pelayaran Bahtera Adhiguna
  • Timur     : Kali Besar / Kali Krukut
  • Selatan   : Gedung PT.Banda Ghara Reksa
  • Barat       : Kawasan Museum Fatahillah
Status Kepemilikan   : PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia
Pengelola                        : PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia
Fungsi Awal                   : Kantor Perbankan
Fungsi Sekarang          : Kosong Tidak Terpakai
Arsitek                             : Ed Cuypers en Hulswit
Tahun Dibangun         : 1912
Golongan                        : B

SEJARAH BANGUNAN
         Dibangun sekitar abad ke 19, keberadaan bangunan ini membentuk lingkungan bersejarah di kawasan tersebut yang mempunyai daya tarik Pariwisata, khususnya nuansa Kota Tua. Bangunan ini masih asli dan dalam keadaan baik dan cukup terawat. Terjadi penambahan pada elemen jendela.
         Gedung Kerta Niaga dibangun sekitar tahun 1912 oleh Biro Arsitek Ed Cuypers en Hulswit, yang dikenal sebagai biro arsitek bermashab Amsterdam. Rancangan arsitektur mereka sangat kuat hubunganya dengan Neo-Renaisance dan Art Nouveau. Bangunan ini sendiri bergaya arsitektur Dutch Closed yang kokoh. Seluruh bangunan gedung berkesan tertutup, dengan atap yang juga tertutup massif. Tak ada ruang terbuka pada bangunan ini. Belakangan dilakukan penambahan elemen jendela yang berbeda dengan bentuk asalnya.
         Awalnya bangunan ini digunakan sebagai kantor perusahaan Koloniale Zee en Brand Assurantie Maatschappij. Saat terjadi nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan Belanda akhir tahun 1950-an, perusahaan ini berubah nama menjadi P.N. (Perusahaan Negara) Kerta Niaga. Bidang usahanya pun berubah menjadi distributor barang, utamanya sandang-pangan dan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi rakyat. Bangunan ini pun lantas menjadi asset P.N. Kerta Niaga, yang kemudian berubah status menjadi P.T. Kerta Niaga.
         Ketika dilakukan efisiensi terhadap Badan Usaha Milik Negara, P.T. Kerta Niaga dilikuidasi dan dilebur ke dalam P.T. Dharma Niaga. Bangunan ini pun turut berpindah pengelolaan, juga ketika dilakukan penggabungan (merger) atas tiga BUMN dibidang perdagangan yaitu, PT Panca Niaga, PT Dharma Niaga, PT Cipta Niaga, menjadi PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero). Meski beralih pengelolaan berkali-kali, kondisi bangunan Kerta Niaga say ini masih cukup baik dan terawat, meski terdapat kerusakan sana-sini karena termakan usia. Unsur-unsur keaslian bangunan pun masih kuat. Sebagai perusahaan Kerta Niaga telah dilikuidasi, tinggallah bekas kantornya, menyisakan kisah sejarah untuk dilestarikan.

KRONOLOGI BANGUNAN
1912                 : Pembangunan gedung oleh Biro Arsitek Ed Cuypers en Hulswit
1912 – 1957    : Kantor Kolonialle Zee en Brand Assurantie Maatschappij
>1966              : Kantor PN Kerta Niaga
1970                : Kantor PT Kerta Niaga
1998                : PT Kerta Niaga dilikuidasi menjadi menjadi PT Dharma Niaga
2003               : Penetapan sebagai gedung milik PT Perusahaan Perdagangan Indonesia

GAYA/ LANGGAM BANGUNAN
         Langgam arsitektur yang ada pada gedung ini adalah langgam Dutch Close, dutch close atau bangunan kolonial Belanda juga merupakan bangunan yang tercipta dari kebudayaan bangsa Belanda, baik secara murni, maupun yang sudah dipadukan dengan budaya tradisional, dan kondisi lingkungan sekitar. Bangunan kolonial memiliki makna dan simbol-simbol yang dapat dilihat dari fungsi, bentuk, maupun gaya arsitekturnya. Gaya desain ini timbul dari keinginan dan usaha orang Eropa untuk menciptakan negara jajahan seperti negara asal mereka. Pada kenyataannya, desain tidak sesuai dengan bentuk aslinya karena iklim berbeda, material kurang tersedia, teknik di negara jajahan, dan kekurangan lainnya. Akhirnya, diperoleh bentuk modifikasi yang menyerupai desain di negara mereka, dimana seluruh bangunan gedung nya memiliki kesan tertutup, dengan atap yang juga tertutup massif dan tak ada ruang terbuka pada bangunan ini.
Model bangunan berarsitektur Kolonial ini memiliki kekhasan bentuk bangunan terutama pada fasade bangunannya. Diantara ciri-ciri bangunan Kolonial yaitu:
  1. Penggunaan gewel (gable) pada fasade bangunan yang biasanya berbentuk segitiga.
  2. Penggunaan tower pada bangunan.
  3. Penggunaan dormer pada atap bangunan yaitu model jendela atau bukaan lain yang letaknya di atap dan mempunyai atap tersendiri.
  4. Model denah yang simetris dengan satu lantai atas.
  5. Model atap yang terbuka dan kemiringan tajam.
  6. Mempunyai pilar di serambi depan dan belakang yang menjulang ke atas bergaya Yunani.
  7. Penggunaan skala bangunan yang tinggi sehingga berkesan megah.
  8. Model jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung (dengan dua daun jendela), dan tanpa overstek (sosoran).

KONDISI EKSISTING
LINGKUNGAN
         Dikarenakan sedang berlangsungnya revitalisasi pada gedung dan sekitar kawasan kali besar, maka di sepanjang kawasan tersebut baik di wilayah timur maupun barat ditutupi oleh pagar pembatas, tetapi walaupun seperti itu kondisi lingkungan dan lalu lintas tetap tertata dengan baik.

BANGUNAN
       Secara umum, kondisi bangunan ini masih asli dan dalam keadaan sedang di revitalisasi. Kondisi bangunan sebelum adanya proses revitalisasi sebagian besar bangunan telah mengeropos, lapuk dan berlumut, terdapat beberapa kerusakan yang teridentifikasi, seperti kerusakan pada dinding, lantai, dan plafon. Hal ini mengharuskan pengunjung untuk lebih berhati hati saat memasuki bangunan ini. Bangunan cagar budaya ini aman dan tidak terancam karena sedang berlangsung nya penerapan konsep revitalisasi pada gedung tersebut. Secara fungsi, bangunan ini akan terjadi perubahan fungsi pada bangunan cagar budaya Kerta Niaga I ini yaitu dari suatu bangunan kosong tidak berfungsi menjadi sebagai ruang serbaguna dan food court.


Sumber :
Iqbal, Anggi Mohammad. Analysis Site, Kerta Niaga, Kota Tua. Issuu.com

Komentar

Postingan Populer